Berawal dari tawaran seorang trainer yang sangat besar kecintaannya
terhadap batik Indonesia, terlahirlah komunitas pencinta batik SMAN 1
Sungai-Raya Oktober 2013 lalu. Komunitas ini terlahir karena adanya
semangat dan antusias siswa siswi dalam menanggapi tawaran yang
diberikan oleh seseorang yang kerap disapa Agung tersebut.
Sebuah kurikulum wajib yaitu pelajaran kewirausahaan mewadahi berkembangnya pengetahuan serta keterampilan dalam membatik baik itu batik cap, batik ikat celup bahkan batik tulis diajarkan. Komunitas yang berdiri tepat pada 14 Oktober 2013 ini memiliki jumlah anggota sekitar 45 orang mulai dari kelas 10 yang kini duduk dikelas 11 dan kelas 10 tahun 2014. Pembatik inti yang terdiri atas siswa siswi kelas 11 ikut menjadi mentor dalam membantu guru mata pelajaran kewirausahaan untuk saling mengajarkan kepada kakak maupun adik adik kelasnya.
Kesibukan tampak di ruangan batik SMAN 1 Sungai Raya. Para pengrajin batik mendapatkan proyek untuk membuat gorden kelas sepanjang 200 meter. Pembuatan itu dengan menggunakan teknik ikat celup. Kemudian pembuatan taplak meja sebanyak 27 potong, pembuatan seragam siswa sebanyak 22 potong dan telah berhasil mempersembahkan seragam batik untuk seluruh guru SMAN 1 Sungai Raya sebanyak 85 potong.
Dapat membuat seragam guru bukanlah sebuah prestasi yang mudah untuk didapatkan. Namun atas kerja keras semua perajin batik merekapun mendapatkan kepercayaan dan kesempatan untuk membuat baju seragam guru yang telah diluncurkan dan diresmikan oleh kepala sekolah pada perayaan ulang tahun SMAN 1 Sungai Raya yang ke 28 tahun.
Guru pembimbing batik mengatakan baju seragam yang dibuat itu merupakan hadiah ulang tahun yang ke 28 untuk SMAN 1 Sungai Raya. Tentunya hal tersebut di sambut baik oleh keluarga besar sekolah yang kerap disapa SMANSA SERA tersebut.“Dengan adanya anak-anak yang gemar membatik di sekolah tentunya kami sebagai pihak sekolah berupaya untuk mewadahi dan memberikan sarana dan prasarana sesuai yang dibutuhkan para siswa dalam kerajinan membatik, seperti alat-alat dalam membatik.
Kami sangat memberi apresiasi tinggi dalam kegiatan siswa tersebut,” kata Jumadi, Kepala Sekolah SMAN 1 Sungai Raya Menurut mereka yang tergabung di komunitas batik, susah senangnya sudah mereka rasakan dalam sebuah komunitas yang menggeluti kebudayaan asli Indonesia itu. “Kita dapat belajar salah satu kebudayaan Indonesia yang sangat beragam dan kompleks,” kata Desi yang merupakan ketua komunitas batik SMAN 1 Sungai-Raya.
“Senangnya itu kalau sudah pameran, kami merasa bangga bisa memperlihatkan hasil karya kami ke orang banyak dan susahnya jika anggota yang datang sedikit sedangkan kita masih banyak pekerjaan yang belum diselesaikan,” katanya. Namun hal itu dapat dimengerti oleh guru pembimbing batik Mamah Suryamah, Sumarni S.pd dan Megawati S.pd, karena perajin batik merupakan seorang pelajar yang tidak boleh terlepas dari tugasnya untuk belajar. Kegiatan batik di SMAN 1 Sungai Raya dilaksanakan setiap hari Rabu dan Sabtu.
Dukungan dan apresiasi sekolah terhadap komunitas berupa menyediakan media dalam pembuatan batik seperti canting, malam, kompor kecil, panci. Selain itu memfasilitasi komunitas batik untuk ikut serta di berbagai macam pameran. Misalnya pada saat Kubu Raya Expo pameran di Kodam XII/Tanjung pura, pameran pada Grilya Sudirmn III, pameran pada ulang tahun sekolah.
Ada cerita menarik dari komunitas batik SMAN 1 Sungai Raya. Pada saat pameran di Kubu Raya Expo 2013 stan komunitas perajin batik SMAN 1 Sungai Raya berhasil meraih juara ketiga sebagia pameran stan terbaik, setelah stand dari dinas pariwisata dan ekonomi kreatif. Penghargaan perunggupun diserahkan kepada dinas Pendidikan Kabupaten Kuburaya dari komunitas batik SMAN 1 Sungai Raya. Adapun harapan dari komunitas batik ini adalah bisa lebih maju dan dikenal oleh orang banyak bahkan sampai di tingkat nasionalpun bisa dikenal. Untuk terdekat ini harapan mereka bisa membuat baju batik untuk berbagai sektor. “Kami juga berharap bisa membuat baju batik untuk Dinas Pendidikan Kabupaten Kubu Raya dan dinas-dinas intansi pemerintah lainya yang ada di Kabupaten Kubu Raya,” kata Desi. (Doni Dwi Anjasmara)
Sebuah kurikulum wajib yaitu pelajaran kewirausahaan mewadahi berkembangnya pengetahuan serta keterampilan dalam membatik baik itu batik cap, batik ikat celup bahkan batik tulis diajarkan. Komunitas yang berdiri tepat pada 14 Oktober 2013 ini memiliki jumlah anggota sekitar 45 orang mulai dari kelas 10 yang kini duduk dikelas 11 dan kelas 10 tahun 2014. Pembatik inti yang terdiri atas siswa siswi kelas 11 ikut menjadi mentor dalam membantu guru mata pelajaran kewirausahaan untuk saling mengajarkan kepada kakak maupun adik adik kelasnya.
Kesibukan tampak di ruangan batik SMAN 1 Sungai Raya. Para pengrajin batik mendapatkan proyek untuk membuat gorden kelas sepanjang 200 meter. Pembuatan itu dengan menggunakan teknik ikat celup. Kemudian pembuatan taplak meja sebanyak 27 potong, pembuatan seragam siswa sebanyak 22 potong dan telah berhasil mempersembahkan seragam batik untuk seluruh guru SMAN 1 Sungai Raya sebanyak 85 potong.
Dapat membuat seragam guru bukanlah sebuah prestasi yang mudah untuk didapatkan. Namun atas kerja keras semua perajin batik merekapun mendapatkan kepercayaan dan kesempatan untuk membuat baju seragam guru yang telah diluncurkan dan diresmikan oleh kepala sekolah pada perayaan ulang tahun SMAN 1 Sungai Raya yang ke 28 tahun.
Guru pembimbing batik mengatakan baju seragam yang dibuat itu merupakan hadiah ulang tahun yang ke 28 untuk SMAN 1 Sungai Raya. Tentunya hal tersebut di sambut baik oleh keluarga besar sekolah yang kerap disapa SMANSA SERA tersebut.“Dengan adanya anak-anak yang gemar membatik di sekolah tentunya kami sebagai pihak sekolah berupaya untuk mewadahi dan memberikan sarana dan prasarana sesuai yang dibutuhkan para siswa dalam kerajinan membatik, seperti alat-alat dalam membatik.
Kami sangat memberi apresiasi tinggi dalam kegiatan siswa tersebut,” kata Jumadi, Kepala Sekolah SMAN 1 Sungai Raya Menurut mereka yang tergabung di komunitas batik, susah senangnya sudah mereka rasakan dalam sebuah komunitas yang menggeluti kebudayaan asli Indonesia itu. “Kita dapat belajar salah satu kebudayaan Indonesia yang sangat beragam dan kompleks,” kata Desi yang merupakan ketua komunitas batik SMAN 1 Sungai-Raya.
“Senangnya itu kalau sudah pameran, kami merasa bangga bisa memperlihatkan hasil karya kami ke orang banyak dan susahnya jika anggota yang datang sedikit sedangkan kita masih banyak pekerjaan yang belum diselesaikan,” katanya. Namun hal itu dapat dimengerti oleh guru pembimbing batik Mamah Suryamah, Sumarni S.pd dan Megawati S.pd, karena perajin batik merupakan seorang pelajar yang tidak boleh terlepas dari tugasnya untuk belajar. Kegiatan batik di SMAN 1 Sungai Raya dilaksanakan setiap hari Rabu dan Sabtu.
Dukungan dan apresiasi sekolah terhadap komunitas berupa menyediakan media dalam pembuatan batik seperti canting, malam, kompor kecil, panci. Selain itu memfasilitasi komunitas batik untuk ikut serta di berbagai macam pameran. Misalnya pada saat Kubu Raya Expo pameran di Kodam XII/Tanjung pura, pameran pada Grilya Sudirmn III, pameran pada ulang tahun sekolah.
Ada cerita menarik dari komunitas batik SMAN 1 Sungai Raya. Pada saat pameran di Kubu Raya Expo 2013 stan komunitas perajin batik SMAN 1 Sungai Raya berhasil meraih juara ketiga sebagia pameran stan terbaik, setelah stand dari dinas pariwisata dan ekonomi kreatif. Penghargaan perunggupun diserahkan kepada dinas Pendidikan Kabupaten Kuburaya dari komunitas batik SMAN 1 Sungai Raya. Adapun harapan dari komunitas batik ini adalah bisa lebih maju dan dikenal oleh orang banyak bahkan sampai di tingkat nasionalpun bisa dikenal. Untuk terdekat ini harapan mereka bisa membuat baju batik untuk berbagai sektor. “Kami juga berharap bisa membuat baju batik untuk Dinas Pendidikan Kabupaten Kubu Raya dan dinas-dinas intansi pemerintah lainya yang ada di Kabupaten Kubu Raya,” kata Desi. (Doni Dwi Anjasmara)